Sabtu, 03 Januari 2015

Rasa Malas

Malas pangkal miskin dan rajin pangkal kaya.
Pepatah ini telah saya dengar dari semasa kanak-kanak, dan saya juga mengakui kebenarannya. Namun, dalam prakteknya, tanpa disadari ternyata saya juga begitu sering mengingkarinya dalam kehidupan saya sehari-hari. Tentu saja saya tidak terang-terangan mengakui pengingkaran saya, meskipun hanya berupa pengakuan terhadap diri sendiri. Saya akan menciptakan seribu satu alasan untuk menghindari pengakuan akan pengingkaran pepatah tersebut. 

Dengan kata lain, meskipun saya sedang menjalaninya (kemalasan), begitu susah untuk memberi pengakuan bahwa saya terserang penyakit malas. Penyakit yang berasal dan hanya dapat disembuhkan oleh diri saya sendiri. Karena di sisi lain saya juga menyadari bahwa malas adalah salah satu bentuk dosa dan upaya si iblis untuk menggoda manusia untuk menjadi pribadi yang tidak tahu bersyukur atas anugrah yang dikaruniakan sang Pencipta dan tidak dapat menghormati Tuhan Yang Maha Adil.


Jadi untuk menutupi rasa bersalah yang saya miliki, saya akan mencari dan menemukan alasan yang saya anggap tepat untuk membela diri. (Pada dasarnya tidak akan pernah ada alasan yang tepat sih untuk itu). 

Adapun alasan yang pernah saya gunakan antara lain :
# “saya menunda pekerjaan ini karena saya lelah dan butuh hiburan” (nyatanya : seharusnya, saya masih dimampukan Tuhan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut lebih dahulu, sebelum akhirnya saya istirahat dan menikmati hiburan) ;
# “saya belum bisa memulai pekerjaan ini karena saya sedang tidak fokus untuk yang satu ini " ( nyatanya sang Pemberi Hikmat pasti mengetahui bahwa seandainya saya tidak sedang “malas” saya pasti bisa usaha sedikit lebih untuk dapat konsentrasi dan fokus memulai pekerjaan tersebut dengan maksimal)
# “saya sudah/sedang ingin tidur, jadi tidak mungkin mengerjakan pekerjaan yang ini, kalau pekerjaan yang lain masih memungkinkan sih” ( nyatanya, Yang Maha Tahu, sangat memahami bahwa itu hanya alasan saya saja untuk menghindari pekerjaan tersebut karena saya sedang tidak rajin)

Yup, itulah 3 (tiga) contoh kemalasan yang saya lakukan namun saya ingkari. Saya mengingkari, karena saya tidak bersedia dilabelin sebagai pemalas. Ya, cukup lucu dan memalukan sih. Dan saat ini saya memberanikan diri untuk menuliskan hal ini dan membagikannya kepada para sahabat, dengan maksud yang baik dan benar.

Adapun maksud saya adalah dengan menuliskan setiap kata yang sahabat baca saat ini, itu berarti saya juga merenungkan setiap “kemalasan” yang pernah saya lakukan, hingga menimbulkan penyesalan dan meneguhkan diri saya untuk tidak mengulanginya kembali serta senantiasa berusaha lebih maksimal menjadi pribadi yang lebih rajin. 

Selain itu, dengan berbagi kepada para Sahabat, saya berharap para Sahabat yang mungkin pernah melakukan seperti atau mirip dengan apa yang saya lakukan (dalam tulisan ini) dapat menyadari dan mengakui bahwa kemalasan merupakan salah satu bentuk dosa yang harus kita hilangkan dari kehidupan kita. Besar harapan saya bahwa setiap kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan semakin hari semakin berkenan di hadapan Tuhan. Terutama saat ini masih hari awal di tahun 2015, jadi merupakan saat yang tepat untuk menyusun resolusi tahun baru

Tahun Baru, Resolusi Baru, Kemalasan Hilang Berganti Kerajinan J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hidup adalah proses pembelajaran untuk lebih baik dan saya pun sedang terus belajar. Terimakasih bagi seluruh pembaca setia. Mari saling berbagi dan nasihat itu pun baik (menghakimi itu hak Allah).Silahkan berpendapat dan berbagi dengan positif dan itikad baik.