Jumat, 26 Desember 2014

Tepat atau Cepat


Seringkali sebagian dari kita tidak pernah sabar dalam menjalani proses dalam mencapai hasil yang diinginkan. Bergerak dengan cepat demi segera membuahkan hasil yang diinginkan. Menjadikan “cepat” sebagai kata kunci pertama dan baik secara sadar atau tidak menjadikan “tepat” sebagai kata kunci kedua. Jika kita berpikir dengan bijaksana, dalam hal apapun, kita akan segera mengetahui bahwa “tepat” haruslah menjadi  yang pertama, baru kemudian disusul dengan kata “cepat” atau yang lainnya.

Harus diakui bahwa saat memulai proses bahkan tengah menjalaninya, “hasil” menjadi sesuatu yang sangat menggiurkan. Bahkan mungkin ada diantara kita yang bersedia mengorbankan sesuatu yang berharga lainnya demi menerima hasil yang diharapkan. Itu adalah optimis dan optimis itu baik. Asal optimis tidak terpeleset dan menjadi obsesi. Kemenarikan hasil yang kita inginkan ketika belum menggapainya, belum tentu bertahan ketika kita menggapainya, mungkin akan sebaliknya.

Karena setiap kita tidak bisa memastikan apa yang ada di depan kita, kita harus bisa memastikan apa yang ada sekarang. Maksud saya, masa depan memang sebuah misteri dan hanya Tuhan yang dapat memastikannya, tetapi Tuhan cukup adil memberi kita  pengharapan, bahwa dengan melakukan yang terbaik saat sekarang ini akan membuahkan yang terbaik kedepannya. Jadi, mari menikmati setiap proses yang kita jalani saat ini. Jangan tergesa-gesa. Dengan menjadikan kata cepat sebagai kata kunci utama, itu dapat mengakibatkan adanya hal penting bagi hasil yang kita inginkan,  yang mungkin terlewat oleh kita dan akan kita sesali kemudian. Mungkin benar, siapa cepat dia akan dapat, tapi itu sejalan dengan cepat kehilangan kenikmatan atas hasil.

Sebaliknya, dengan menjadikan kata “tepat” sebagai kata kunci utama, kita dapat menikmati setiap proses yang kita lalui. Di mana kemungkinan adanya sesuatu yang terlewat semakin kecil. Dan tidak perlu juga khawatir akan terlambat, karena dengan mengutamakan ketepatan, kita tidak hanya berbicara tentang ketepatan, kita tidak hanya fokus pada ketepatan hasil namun juga keTEPATan waktu pencapaian. Dengan demikian, selain menikmati proses penggapaian hasil, kita juga dapat memahami makna dari hasil yang kita gapai. Artinya, rasa syukur akan hasil ada di dalam hati, sehingga apapun yang terjadi atas hasil dan penikmatan atas hasil tersebut, tidak akan menjadikan kita patah arang. Melainkan, kita dapat terus tersenyum dan menjadi pribadi yang optimis dalam mempertahankan keberhasilan serta menggapai keberhasilan yang lebih lagi.

Marilah kita menjadi orang yang berfokus pada hasil dengan mengutamakan keTEPATan dalam meraihnya.


Tuhan menuntun kita senantiasa.

Rabu, 24 Desember 2014

Pola Hidup

Honestly, saya sendiri tidak yakin akan menulis apa sementara dorongan untuk segera menulis dan tangan yang begitu gatal ingin bergerak di atas keyboard sudah tidak tertahankan. Ya, satu-satunya yang saya yakin saat ini adalah bahwa ketika saya berhasil menulis itu akan membuat hati saya semakin damai dengan dapat berbagi apa yang bisa saya bagikan kepada sesama.

Meski saya bukanlah seorang yang expert dalam bidang ilmu kesehatan dan psikologi namun saat ini saya ingin berbagi hal yang berkaitan dengan keduanya.

Pola hidup, ya inilah yang ingin saya tuliskan. Tidak akan secara mendalam tentunya, hanya secara singkat namun tetap bermanfaat (harapan saya).

Dalam menggapai tujuan kita selama dianugrahi hidup oleh Tuhan Yang Maha Esa, kita, pribadi lepas pribadi akan menjalani kehidupan kita dengan cara kita sendiri. Baik cara yang kita anggap sebagai cara terbaik, maupun cara yang kita anggap sebagai cara satu-satunya yang dapat kita jalani. Berbeda tidaklah salah, itu menambah warna kehidupan kita. Yang terpenting cara yang berbeda itu sesuai atau tidak menyimpang pada pola hidup yang seharusnya dan sebaiknya dijalani. Pola hidup terbaik yang saya maksud adalah pola hidup sehat. Dimana sebagian orang secara sadar dan atau tidak sadar lebih memilih pola hidup tidak-sehat.

Mengapa, saya bisa menyimpulkan bahwa terkadang ada di antara kita yang menjalani hidupnya dengan caranya yang tidak sesuai dengan pola hidup yang terbaik atau pola hidup sehat ? Karena saya dengan mata terbuka melihat pada diri saya dan sekitar saya. Dalam hal ini saya tidak bermaksud menghakimi, hanya memberi pandangan saja. Dan saya sendiripun sedang mencoba menerima dan mempelajari pola hidup sehat ini.

Pola hidup sehat tidak hanya berbicara tentang pola makan atau jenis makan yang kita konsumsi. Pola hidup mencakup pola pikir, pola waktu, dan pola makan. Baik tidaknya kita dalam ketiga pola inilah yang secara kumulatif menghasilkan suatu kesimpulan baik tidaknya pola hidup kita. Mari kita mulai untuk mengupas ketiganya, satu per satu tentunya.

Pola pikir adalah cara menilai dan atau menyimpulkan sesuatu berdasarkan sekumpulan kepercayaan yang dimiliki, yang kemudian akan menjadi dasar untuk bertindak bagi si pemilik pola pikir tersebut. Pembentukan pola pikir ini sendiri sangat dipengaruhi oleh hubungan seseorang dengan Tuhan dan lingkungan sehari-harinya. Pada umumnya, seseorang yang memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan akan memiliki pola pikir yang lebih baik dan dipenuhi oleh rasa syukur dan ketenangan. Karena kekhawatiran yang sedang dan harus dihadapinya sebagai konsekuensi dari relasi kesehariannya,telah diserahkan kepada Tuhan yang dengan senang hati mengambil alihnya. Dengan tidak adanya kekhawatiran dan atau ketakutan yang berlebihan, otomatis kerja otak sebagai pusat control dalam tubuh, akan bekerja secara maksimal. Termasuk dalam hal memerintah seluruh sistem yang ada di dalam tubuh untuk melakukan fungsinya dengan maksimal. Seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh, dan suhu tubuh yang selalu dalam batas normal.

Pola waktu adalah cara menggunakan setiap saat dalam hidup yang dianugrahkan kepada si pemilik pola waktu tersebut. Waktu yang adalah anugrah dari Tuhan kepada setiap kita akan selalu bergerak maju, dan tidak akan pernah dapat dihentikan atau dimundurkan. Kecepatan gerak waktu yang pasti dan konsisten membuat sebagian umat manusia merasa sangat tertekan. Perasaan manusia yang tidak konsisten dan kecepatan manusia dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan, membuat manusia tidak mampu mengimbangi pergerakan waktu yang begitu stabil. Namun demikian, bukan berarti kita selalu merasa tertekan dan ataupun mengalah terhadap perubahan. Kita masih bisa mempergunakan setiap saat waktu yang Tuhan anugrahkan dengan dengan hikmat yang dari pada-Nya, dan menikmati setiap perubahan yang ada dengan usaha terbaik dan rasa syukur. Dengan sikap seperti itu, secara sadar atau tidak, kita terbentuk menjadi pemilik pola waktu yang tepat dan tidak akan menyesali hasil dari pola waktu yang kita miliki. Sebaliknya, kita menjadi pribadi yang lebih disiplin dan optimis dalam menjalani setiap waktu yang masih Tuhan anugrahkan. Waktu tidak lagi hanya uang melainkan kebahagiaan.

Pola makan adalah cara makan yang meliputi jenis kualitas dan kuantitas yang dipilih oleh pemilik pola makan. Pada dasarnya kita bisa menikmati segala hidangan makanan yang disediakan Tuhan bagi kita. Karena semua pemberian Tuhan adalah baik adanya dan merupakan yang terbaik bagi kita. dengan catatan kita pun harus selalu menyadari bahwa kita adalah makhluk-Nya yang diciptakan segambar dengan-Nya, yang artinya berbeda dengan makhluk hidup lainnya, manusia diberikan pikiran yang seharusnya dipergunakan dalam setiap saat, terutama pengambilan keputusan. Termasuk dalam menentukan pola makannya. Jika sebelumnya saya tidak mempermasalahkan jenis makanannya, maka saat ini saya memperingatkan setiap kita tentang kuantitas makan yang kita konsumsi. Marilah kita dengan penuh pertimbangan yang matang, sesuai dengan kebutuhan setiap kita, yang tentunya sangat dipengaruhi oleh aktivitas kita, kuantitas setiap makanan dan atau minuman yang sebaiknya kita konsumsi. Dengan berhasil menerapkan pola makan yang benar dengan penuh hikmat, maka kita akan lebih dapat menikmati hidup tanpa harus mengorbankan kesehatan dana atau tanpa harus menukarkannya dengan berbagai penyakit.

Yup, pola hidup yang terdiri dari pola pikir, pola waktu, dan pola makan, yang telah saya sebutkan di atas tidaklah secara detail. Bahkan, mungkin kulit-kulitnya belum semua terkupas. Namun, saya berharap setiap kita dapat menjadikan tulisan ini sebagai pemicu kesadaran kita akan penentuan pola hidup sehat. Jika ada yang antusias untuk mengetahui pembahasan detailnya, silahkan menghubungi para expert dalam bidang ilmu kesehatan dan psikologi yang terdekat dengan setiap kita.

Salam sejahtera bagi setiap kita.


Selasa, 23 Desember 2014

Rasa Syukur


Setiap manusia sudah seharusnya memiliki rasa syukur. Rasa yang wajib dimiliki setiap pribadi yang menyadari bahwa hidup yang dijalaninya adalah anugrah dari Sang Pencipta. Dengan kesadaran tersebut, segala hal yang dijalaninya dalam hidup (pemberian dari Tuhan) selalu disyukurin. Rasa syukur bukan hanya dimiliki dalam keadaan tertentu namun dalam setiap saat dan keadaan apapun. Itulah yang disebut dengan rasa syukur yang sesungguhnya, tinggal menetap dalam hati bukan muncul sesuai keadaan.

Benar, setiap orang bisa mengatakan dirinya selalu memiliki rasa syukur tetapi bukan dengan sikapnya. Siapapun dapat memberikan pengakuan dengan mulut, namun tidak dengan hati dan sikapnya. Terutama dalam hal bersyukur, hanya orang-orang yang telah “dewasa” saja yang akan mampu mengaku bersyukur dengan mulutnya dan menunjukkan rasa syukur dalam hatinya melalui sikapnya dalam menjalani setiap saat hidup yang Tuhan izinkan untuk dijalaninya.

Saya menggunakan istilah “dewasa” bukan merujuk pada kedewasaan usia namun kedewasaan mental. Pribadi yang dewasa akan selalu dapat memahami bahwa dalam segala keadaan dan setiap saat yang Tuhan izinkan untuk dilaluinya selama masa pengasihan (hidup) nya adalah hal yang terbaik. Karena Tuhan adalah satu-satunya Sang Pencipta yang sempurna. Sehingga tidak ada satu hal pun yang layak dijadikan sebagai alasan untuk tidak bersyukur, dalam lingkupan kasih-Nya.

Seorang anak kecil sangat wajar menangis dan berontak ketika apa yang dia inginkan tidak dipenuhi oleh orang tua nya. Karena mereka masih berada pada tahap awal pembelajaran kehidupan. Berbeda dengan seorang pribadi yang telah dewasa sangat tidak wajar bersikap tanpa rasa syukur, padahal telah melalui setiap pembelajaran kehidupan dalam setiap saat pertambahan usia dan kesempatan yang diberikan Tuhan.

Selain itu tentu kita manusia sebagai makhluk tidak sempurna saja menyadari bahwa seorang anak kecil terlebih usia balita tidak mungkin kita percayakan pengelolahan harta baik itu warisan, perusahaan atau tanggung jawab lainnya. Karena atas diri balita itu sendiri pun, masih kita lah (orangtua/wali/pengasuh) yang harus bertanggungjawab. Apalagi Tuhan yang maha sempurna, tentu akan sangat penuh pertimbangan untuk memberikan kita kesempatan untuk memegang amanah dan atau menerima kepercayaan.

Saya yakin, bahwa tingkat rasa syukur yang kita miliki adalah salah satu faktor pertimbangan utama-Nya. Rasa syukur adalah awal dari damai sejahtera dan sukacita. Di mana dengan memiliki keduanya, seseorang menjadi lebih penuh pertimbangan  (bijaksana) dan produktif, tanpa diikuti keserakahan.
So, marilah kita terus belajar dan meningkatkan rasa syukur yang sesungguhnya.


Tuhan senantiasa melingkupi kita dengan kasih-Nya.

Senin, 22 Desember 2014

Terimakasih Mamaku Tersayang


Sampai saat di mana aku mulai menulis ini, hanya kata “Terimakasih” yang dapat aku temukan. Tidak tahu apakah ada kata yang bisa menggambarkan betapa berartinya “mama” dalam hidupku. Terimakasih Tuhan atas kebaikan-Mu yang menitipkan aku pada mama dan mempercayakan aku seorang mama yang sangat istimewa. Kasih-Mu Tuhan yang Maha Kekal, sangat nyata kurasakan melalui kasih mamaku. Tiada pernah berhenti dalam mengasihiku, dalam suka maupun duka, kasihnya selalu mengalir menyejukkan hatiku. Sungguh sempurna kasih-Mu Tuhan.

Ya, meskipun harus aku akui, bahwa ketika aku masih tinggal satu atap dengan mama, terkadang aku merasa kesal dengan cerewet nya beliau. Ingin rasanya satu hari saja tanpa omelan beliau, tentang berbagai hal, termasuk hal-hal yang sangat kecil sekali. Tapi, itu dulu. Berbeda dengan sekarang, aku sangat merindukan keberadaan mama di dekatku. Selalu di dekatku. Jika aku boleh memilih, aku akan memilih tinggal bersama mama dan dengan senang hati mendengar setiap kecerewatannya. Kalau bukan cerewet, bukan mama namanya. Aku rindu mama.

Setelah dewasa seperti ini, aku menjadi bisa memahami bahwa apapun yang dilakukan dan dikatakan mama padaku, itu semata-mata timbul dari hatinya yang begitu mengasihiku. Mama, aku tidak mungkin bisa menandingi kasih mu padaku. Kasih mama begitu sempurna bagiku. Mama juga begitu pintar dan cepat dalam hal memaafkan dan memaklumi semua kesalahanku. Aku tidak dapat menemukan sedikit saja dendam dalam diri mama. Mama juga begitu hebat dalam menyembunyikan kekecewaan mama. Tidak pernah lelah, hanya itu yang bisa menggambarkan mama. Aku sungguh diberkati oleh Tuhan, dijadikan sebagai anak mama. Aku yakin, bukan hanya aku yang sangat bersyukur dan bangga menjadi bagian terpenting dalam hidup mama, tapi juga kedua adik-adik dan bapak. Kami saying mama, selalu.

Aku harus segera berhenti menulis tentang mama, bukan karena kehabisan kata-kata, namun karena aku harus segera berhenti menangis dan menghapus air mataku.

Selamat hari Ibu buat mama tersayang. Aku menyayangi, mengagumi, dan merindukan mama. Kiranya Tuhan memberkati dan memberikan kebahagiaan senantiasa kepada mama, melebihi apa yang dapat aku bayangkan dan terima.


Damai Sejahtera dan Sukacita yang dari Tuhan melimpah atas kita.

Minggu, 21 Desember 2014

Hari Ayah dan Hari Ibu


Barangkali ada beberapa pembaca yang sama dengan saya, yaitu belum lama mengetahui bahwa ternyata ada tanggal resmi untuk Hari Ayah, sama halnya dengan Hari Ibu. Ya, walaupun sejujurnya, saya pribadi jarang merayakan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Saya sih punya alasan tersendiri, yaitu saya akan selalu berusaha selalu atau sesering mungkin membuat ibu saya merasakan spesialnya diri beliau sebagai seorang ibu, dan pastinya ada sesuatu yang lebih istimewa di setiap ulang tahun beliau.

Terlalu lama mengucapkan rasa syukur pada tanggal 22 Desember setiap tahunnya. Apalagi setelah saya mencoba mencari tahu, apakah di Negara-negara lain hari ibu juga diperangati pada tanggal yang sama dengan tanggal yang ditetapkan di Indonesia tercinta ini. Ternyata, saat perayaan Hari Ibu itu sangat variatif. Bahkan, ada beberapa Negara yang tidak menentukan tanggal pastinya, dan hanya menentukan minggu/pekan nya saja. Baiklah, agar tidak penasaran, sekaligus dapat menambah wawasan kita, berikut beberapa list saat perayaan Hari Ibu di beberapa Negara. Oiya, agar lebih efisien saya akan menyertakan saat perayaan Hari Ayah juga ya sahabat.

1. Indonesia »»  Hari Ayah : 12 November, &  Hari Ibu : 22 Desember.
2. Norwegia »» Hari Ayah : Pekan kedua bulan November, & Hari Ibu : Pekan kedua bulan Februari.
3. Yunani »» Hari Ayah :  Pekan ketiga bulan Juni, & Hari Ibu : 2 Februari.
4. Portugal dan Spanyol »» Hari Ayah : 19 Maret, & Hari Ibu :  Pekan Pertama pada bulan Mei.
5. Korea Selatan dan Albania »» Hari Orang Tua : 8 Mei.
6. Meksiko »» Hari Ayah : Pekan ketiga bulan Juni, & Hari Ibu : 10 Mei.
7. Perancis »» Hari Ayah : Pekan ketiga bulan Juni, & Hari Ibu : Minggu pertama Juni yang bertepatan dengan hari Pentakosta.
8. Belanda, Amerika Serikat, Singapura , Afrika Selatan, Kanada »» Hari Ayah : Pekan ketiga bulan Juni, & Hari Ibu : Pekan kedua bulan Mei.
9. Italia »» Hari Ayah : 19 Maret, & Hari Ibu : Pekan kedua bulan Mei.
10. Australia »» Hari Ayah : Pekan pertama bulan September, & Hari Ibu : Pekan kedua bulan Mei.
11. Austria »» Hari Ayah : Pekan kedua bulan Juni, & Hari Ibu : Pekan kedua bulan Mei.
12. Jerman »» Hari Ayah :  Hari Kenaikan Yesus Kristus, & Hari Ibu : Pekan kedua bulan Mei.

Sepertinya itulah beberapa nama Negara yang terpilih untuk saya terakan saat perayaan Hari Ayah dan Hari Ibu nya. Semoga bermanfaat ya sahabat.

Oiya untuk hari ayah, seperti saya katakan di awal, saya baru saja mengetahuinya. Jadi tentu saja, saya tidak pernah merayakannya seperti saya merayakan hari ibu. Tapi, itu tidak membuat saya sedih koq, karena saya telah berusaha membuat ayah saya merasa istimewa sesering mungkin, meskipun itu bukanlah hari ulang tahun beliau. Karena biar bagaimanapun, tidak hanya kasih sayang beliau namun peluh keringat beliau, telah membesarkan saya dan kedua adik saya. Beliau juga menjadi teladan untuk menjadi pribadi yang tegas dan murah hati.

Terlepas dari kapan hari ayah dan hari ibu dirayakan oleh masing-masing Negara, saya yakin itu semua ditujukan sebagai tanda ucapan syukur kepada Tuhan atas keberadaan ayah dan ibu, dan agar kita senantiasa menghormati dan mengasihi kedua orang tua kita. mungkin, orang tua kita tidaklah sempurna keberadaannya, namun mereka tetaplah yang terbaik bagi kita. Tuhan tahu itu, sehingga Dia mengatur sedemikian. Tuhan tahu, harus mendidik kita seperti apa dan menempatkan kita di mana agar kita menjadi pribadi yang lebih pantas meraih keberhasilan. Tentu dengan catatan, kita harus hidup dengan rasa syukur pada-Nya.

Sebagai anak, alangkah lebih baik jika selain pada tanggal yang ditetapkan sebagai perayaan bersama, kita merayakan hari ayah dan hari ibu sesering mungkin.

Tuhan mengasihi kita lebih lagi.