Cinta tanpa alasan merupakan
cinta yang sesungguhnya. Cinta yang sebenarnya ingin diraih setiap orang yang
ingin tahu alasan pasangannya dalam mencintai dirinya. Tentu terdengar aneh
bukan ? Namun, sadar atau tidak, itu lah kita manusia, seringkali tidak
memahami keinginan dan kebutuhan untuk
menggapai bahagia yang sesungguhnya.
Kebanyakan dari kita,
terlebih pasangan muda mudi yang sedang kasmaran dan merajut tali cinta, akan
berusaha sekeras mungkin untuk mengetahui alasan pasangannya dalam
mencintainya. Menemukan alasan yang jujur dari pasangan atas keputusan pasangan
menetapkan pilihan terakhir si pasangan kepada dirinya. Dan tidak sedikit dari kita yang
akan merasa sangat senang ketika pasangan kita dapat memberikan 1001 (seribu
satu) alasan dalam mencintai kita. Sebaliknya, kita akan sangat kecewa ketika
pasangan kita bingung menjawab pertanyaan kita dan tidak mampu memberikan 10
alasan saja.
Tidak heran, jika setiap
manusia yang memiliki pasangan telah mempersiapkan dirinya dengan pertanyaan
standar tentang “alasan mencintai”. Dengan kata lain, kita juga tahu bahwa,
1001 (seribu satu) alasan tadi tidak sepenuhnya muncul dari hati, tapi ada juga
yang hanya berasal dari logika pikiran. Saya tidak bermaksud, untuk membuat
setiap kita khawatir tentang ‘alasan mencintai”, hanya ingin memberikan
gambaran tambahan yang semoga berguna bagi kita.
Jika pasangan mampu
memberikan 10001 atau 10 alasan dalam mencintai kita, itu baik adanya. Hanya
saja, berharaplah bahwa yang berada pada urutan pertama dari ke 1001 atau ke 10
alasan yang dimilikinya, adalah jawaban sebagai berikut :
“Sebenarnya saya kurang tahu, yang saya tahu Tuhan telah lebih dulu
mengasihi saya dan Tuhan meletakkan kasih-Nya dalam hati saya untuk mencintai
kamu dengan kasih-Nya. Dan saya telah mengkonfirmasikannya melalui doa pada
Tuhan yang membuat hati saya mencintai kamu.”
Itu bukan jawaban standar,
melainkan jawaban yang sangat istimewa dan dengan restu Tuhan, akan membuat kita
merasa bahagia bersama pasangan. Mau tahu alasannya kan ? Alasannya, sangat sederhana. Tuhan itu
kekal adanya, demikian juga dengan kasih-Nya. Tuhan juga mengasihi kita tidak
dengan membangkit-bangkit, terlepas dari keadaan kita, kasih-Nya terus mengalir pada
kita. Jadi, jika pasangan kita mengasihi kita
karena Tuhan dan dengan kasih Tuhan, maka cinta pasangan ke kita akan
lebih awet dan tidak pamrih.
Berbeda dengan ke 1001 atau
ke 10 alasan lainnya, yang ke depannya pasti akan menimbulkan sedikit banyak
kekecewaan yang dapat memudarkan cinta pasangan. Kita harus mengakui bahwa
semakin banyak alasan pasangan mencintai kita saat ini, maka akan semakin
banyak pula PR kita dalam mempertahankan alasan-alasan itu selama kita bersama
pasangan, agar cintanya tetap bagi kita.
Sebagai contoh, seorang pria mencintai
seorang gadis karena gadis itu baik, cantik, dan mirip seperti ibu si pria.
Yup, ketiga itu lah alasan yang diberikan si pria pada si gadis, ketika si
gadis menanyakan alasan si pria mencintai dirinya. Artinya, SAAT ITU, si gadis
memang baik, cantik, dan mirip ibu si pria. Itu pendapat si pria sebelum hidup
24 jam sehari, 7 hari seminggu, dan 365 hari dalam setahun, bersama si gadis.
Dan kalaupun pendapat si pria benar adanya, yang penjadi pertanyaan, apakah ada
yang mampu menggaransi bahwa si gadis pasti tidak akan berubah, sedangkan
manusia bukanlah makhluk yang stabil. Tentu jawabannya, tidak seorangpun yang
mampu, karena manusia diwajibkan harus terus menyesuaikan diri dengan pergerakanwaktu.
Katakanlah dengan ketiga
alasan tadi si pria mencintai gadis tersebut dengan seutuh/sepenuh hatinya.
Bagaimana ketika suatu saat oleh karena sesuatu sebab, yang mungkin berasal
dari dalam diri si gadis sendiri, atau tekanan dari luar dirinya, si gadis
tidak lagi baik di hadapan si pria yang adalah pasangannya. Tentu si pria akan
kecewa dan sejujurnya cinta si pria kini tidak lagi utuh, pria itu hanya akan
mencintai pasangannya dengan 2 per 3 hatinya, sesuai dengan jumlah alasan yang
kini dimilikinya. Lalu, ternyata di kemudian hari karena satu dan lain sebab,
seperti usia yang bertambah, penyakit kritis, keadaan ekonomi dan lainnya, si
gadis tidak lagi cantik parasnya, ditambah si pria semakin mendapati banyak
perbedaan antara ibunya dengan gadis yang kini menjadi pasangannya. Ini akan
menjadi saat terberat bagi keduanya, karena tidak ada lagi cinta seiring tidak
adanya alasan yang bertahan. Sangat menyedihkan, namun begitulah kekecewaan
akan memungkinkan perasaan tidak menentu. Hal inilah yang sesungguhnya menjadi
pemicu para pasangan yang telah menikah, berjanji sehidup semati di hadapan
Tuhan, memutuskan untuk berpisah atau hidup bersama dengan tetap saling
menyakiti secara fisik dan atau non fisik.
Akan sangat berbeda
kondisinya, jika ilustrasinya kita ubah. Terdapat seorang pria yang tidak dapat
memberikan 10 atau 1001 alasan pada si gadis yang menjadi pasangannya ketika
ditanyakan, alasannya mencintai gadis tersebut. Satu-satunya alasan yang
diketahuinya adalah bahwa dia mencintai gadis itu karena Tuhan
telah lebih dulu mengasihi saya dan Tuhan meletakkan kasih-Nya dalam hati saya
untuk mencintai kamu dengan kasih-Nya. Dan saya telah mengkonfirmasikannya
melalui doa pada Tuhan yang membuat hati saya mencintai kamu.” Mungkin saat
mendengarnya, gadis itu tidak akan sesenang gadis lain yang mendengar 10 atau
1001 alasan dari pasangan mereka. Tapi yakinlah, bagaimanapun kondisi gadis itu
kedepannya, si pria akan terus mendampingi dan mencintainya tanpa diliputi rasa
kecewa atas keputusannya yaitu telah memilih gadis itu sebagai pasangan hidupnya. Karena, Tuhan yang Maha Sempurna selalu menyempurnakan cinta dalam hati si pria. Sehingga rumah
tangga yang mereka bina dalam Tuhan akan langgeng dan damai serta penuh dengan
sukacita oleh Roh-Nya.
Sekalipun saya memberikan
contoh tentang cinta seorang pria pada seorang gadis, hal demikian juga berlaku sama
tentang cinta seorang gadis pada seorang pria.
Akhir kata, saya berdoa
kiranya setiap kita dapat saling mengasihi dalam dan dengan kasih Tuhan.
Tuhan yang setia mengasihi
kita lebih lagi.